Sungai Tuhan

Laki-laki itu membawa aku kembali ke pintu masuk Rumah TUHAN. Kulihat air mengalir dari bawah pintu itu ke arah timur, seperti Rumah TUHAN pun menghadap ke timur. Air itu mengalir dari bawah ambang pintu Rumah TUHAN bagian selatan melalui sisi selatan dari mezbah. Kemudian laki-laki itu membawa aku keluar lewat gerbang utara dan menuntun aku ke gerbang timur. Sungai kecil itu mengalir dari sisi selatan gerbang itu. Sambil mengukur dengan tongkat pengukurnya, laki-laki itu membawa aku mengikuti arus sungai itu ke timur sejauh 500 meter, lalu menyuruh aku menyeberang. Pada tempat itu airnya hanya setinggi mata kaki. Kemudian ia mengukur 500 meter lagi, dan di situ airnya sampai ke lutut. Ia mengukur 500 meter lagi, dan airnya mencapai pinggang. Sekali lagi ia mengukur sejauh 500 meter, dan di situ airnya terlalu dalam untuk dilalui dengan berjalan kaki. Jika orang mau menyeberang haruslah ia berenang. Lalu kata orang itu kepadaku, "Hai manusia fana, perhatikanlah ini semua baik-baik." Kemudian ia membawa aku kembali menyusuri sungai, dan aku melihat bahwa pada kedua tepi sungai itu ada banyak sekali pohon.
(Yehezkiel 47:1-7)


Kehidupan manusia semakin lama semakin tidak menentu, kadang mengalami keadaan yang menyenangkan kadang juga mengalami keadaan yang menyedihkan. Semuanya Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan manusia. Terkadang Tuhan membawa kita ke suatu keadaan yang tidak kita inginkan dan sepertinya tidak hal yang menyenangkan di sana. �Kemudian laki-laki itu membawa aku keluar lewat gerbang utara dan menuntun aku ke gerbang timur.� Tuhan menuntun Yehezkiel melalui jalan yang tidak ada aliran air surgawi, hal ini terlihat aneh karena air surgawi mengalir dari pintu gerbang selatan menuju ke timur. Dengan demikian artinya tempat yang dituju oleh Yesaya adalah tempat yang kering dan tidak berair.
Apakah benar demikian? Tuhan memberikan kepada kita jalan yang tak ada berkat sama sekali? Tentu saja tidak. �Sambil mengukur dengan tongkat pengukurnya, laki-laki itu membawa aku mengikuti arus sungai itu ke timur sejauh 500 meter, lalu menyuruh aku menyeberang. Pada tempat itu airnya hanya setinggi mata kaki.� Ada aliran air setelah perjalanan 500 meter. Mengapa harus berjalan lebih dahulu? Karena Tuhan ingin mengatakan ini adalah suatu visi, visi untuk masa depan kita dalam segala aspek baik aspek rohani, keluarga, pekerjaan, pelayanan dan lainnya. Kita harus berjalan dalam iman sejauh Tuhan inginkan. Pada saat kita berjalan sekian lama mungkin ada banyak halangan dan rintangan dan juga hanya sedikit hasil yang kita dapatkan. Tapi kita tidak boleh menyerah begitu saja kita harus tetap berjalan dalam iman kita.
�Kemudian ia mengukur 500 meter lagi, dan di situ airnya sampai ke lutut. Ia mengukur 500 meter lagi, dan airnya mencapai pinggang. Sekali lagi ia mengukur sejauh 500 meter, dan di situ airnya terlalu dalam untuk dilalui dengan berjalan kaki. Jika orang mau menyeberang haruslah ia berenang.�  Saat kita mau menurut dan berjalan di dalam iman kepada Tuhan maka kita akan melihat berkat Tuhan yang terus ada bagi kita. Kita akan diberikan berkat secara rohani, jiwani dan jasmani secara terus menerus dan makin hari makin bertambah. Dikatakan perikup pada akhirnya aliran air tersebut sudah tidak dapat diseberangi dengan berjalan tapi harus dengan berenang artinya berkat Tuhan hasil percaya dan iman kita pada akhirnya akan kita nikmati secara berkelimpahan dan harus dinikmati dengan cara berenang. Yang Tuhan inginkan hanya kita percaya padanya dan kita mulai berjalan bersama dengan Tuhan.

Comments

Popular posts from this blog

Flowchart Penjualan Grosir / Eceran

Flowchart Proses Pembelian Barang