Dua Motivasi Yang Sangat Berbeda
Pada saat peristiwa perbudakan
bangsa Israel di tanah Mesir Tuhan tergerak dengan doa-doa bangsa Israel sehingga Allah mengirimkan penolong bernama
Musa. Walapun Musa sebagai pangeran Mesir ia merasa tergerak akan penderitaan
saudara-saudara sebangsanya, tetapi ia harus lari untuk menyelamatkan nyawanya
dan setelah beberapa tahun ia kembali untuk membebaskan bangsanya dengan Firman
dan kuasa Allah. Pembebasan bangsa Israel pada zaman mesir sejajar dengan pembebasan
kita. ketika kita lahir baru kita dibebaskan dari system tirani dan penjajahan
dunia serta dosa.
Keadaan
bangsa Israel pada masa itu sangatlah menyedihkan. Mereka harus bekerja keras
dengan cambukan-cambukkan dipunggung mereka. Rumah mereka kumuh, kotor dan
tidak nyaman untuk ditinggali. Makanan mereka tidak bergizi dan sisa-sisa.
Mereka tidak mempunyai pengharapan akan masa depan dan warisan sementara itu
mereka harus bekerja untuk kemakmuran firaun. Dan mereka harus menangisi
kematian ribuan bayi mereka yang dibunuh atas perintah firaun. Meskipun
demikian keadaan bangsa Israel, pada saat mereka telah keluar dari Mesir dan
mengalami hal yang kurang mengenakkan mereka langsung menyesali kepergian
mereka dari Mesir. Dan mengolok-olok doa-doa permohonan mereka meminta
pembebasan dengan komentar-komentar,”keadaannya
lebih baik bagi kami ketika di Mesir.” Mereka bahkan berani mengusulkan “ Baiklah
kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke mesir.” (Bil 14:4)
Namun
tidak bagi Musa. Dialah orang yang mengalami keadaan yang lebih baik di tanah
Mesir. Ia dibesarkan oleh orang terkaya di dunia, tinggal di tempat yang
terbaik, menikmati makanan dan minuman terbaik,memakai pakaian terbaik dan
mengenyam pendidikan terbaik. Dan ia mempunyai warisan yang besar akan kekayaan
dan janji. Musa dengan rela meningglkan semuanya, dan tidak seperti orang-orang
Israel, ia tidak pernah menengok ke belakang atau merindukan apa yang ada di
belakangnya. Apa penyebabnya? Karena Musa telah bertemu dengan Allah. Ia
bertemu dengan Allah yang hidup di dalam semak belukar yang terbakar sedangkan
bangsa Israel tidak! Bahkan bangsa Israel menolak pada saat Allah memberikan
undangan untuk mendekat kepada-Nya.(Kel 20:18-21)
Sebenarnya
ke manakah Musa membawa bangsa Israel ketika mereka meninggalkan Mesir? Secara
normal jawabnya adalah “tanah perjanjian.” Namun itu jawaban yang tidak tepat.
Musa menuju ke gunung Horeb, atau Sinai. Ingatlah kata-kata Allah melaluli
Musa, kepada firaun “Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku
di padang gurun.” (Kel 7:16). Bukan, “Biarkanlah umat-Ku pergi supaya mereka
dapat mewarisi suatu negri”. Untuk apakah Musa membawa bangsa Israel menuju ke
tanah perjanjian sebelum Musa membawa mereka kepada Pemberi janji yang adalah
Allah yang sangat merindukan kehadiran bangsa Israel? Jika pertama-tama Musa
membawa bangsa Israel kepada tanah perjanjian maka bangsa Israel akan lebih
mencintai janji-janji daripada sang Pemberi janji. Musa sangat ingin dan tidak
sabar membawa bangsa Israel untuk bertemu dengan Allah.
Hal
ini juga kadang-kadang kita alami, kita banyak memperhatikan akan apa yang
Yesus dapat lakukan untuk kita dari pada siapa sebenarnya Yesus! Sebagai
hasilnya pada saat kita melayani pekerjaan Tuhan kita memikirkan apa yang
menjadi keuntungan kita bukan karena satu kebanggaan dan sukacita karena
Pribadi Yesus ada di dalam hidup kita. Hal ini sama dengan seorang wanita yang
menikahi seorang pria karena harta bendanya. Motivasinya bukan karena untuk
mengenal kepribadian sang suami tetapi karena demi mendapatkan sesuatu dari
suaminya. Oh mungkin ia mencintainya dalam taraf tertentu, tetapi semuanya
karena alasan yang salah. Tidak ada yang sama sepeti Yesus dan tidak ada yang
menandingi keajaiban Pribadi-Nya. Sekali kita berjumpa dengan Yesus, seperti
yang dialami oleh Musa, semua janji-janjinya tidak berarti lagi karena Ia lebih
indah dari apapun termasuk semua berkat-berkat-Nya.
Tujuan utama Allah membebaskan bangsa Israel
adalah supaya mereka dapat mengenal dan mengasihi Dia. Ia berkata,”Aku telah
mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku”(Kel 19:4).
Namun bangsa Israel melewatkannya. Meskipun demikian keriduan Allah tidak
pernah berkurang ataupun berubah dan Ia nyatakan dalam Firman-Nya yang ditulis
oleh Paulus. “[Sebab aku berdoa kepada] Allah Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa
yang mulia, supaya Ia memberikan kepadamu
roh hikmat dan wahyu [pencerahan ke dalam misteri-misteri dan
rahasia-rahasia] di dalam pengenalan [yang dalam intim] akan Dia. (Efesus 1 :
17 AMP)”.
Kita
melayani Allah yang hidup, Bapa yang sejati yang merindukan kedekatan dengan
anak-anak-Nya. Allah juga adalah komunikator yang menginginkan komunikasi dua
arah yang seimbang. “Kamu akan mengingat bahwa sebelum kamu menjadi orang-orang
Kristen dari satu ilah kepada ilah lain, di mana tidak ada satupun yang dapat mengucapkan satu katapun.(1 Kor 12:2-3,
TLB)”. Dari ayat tersebut kita melihat saut karakteristik primer yang
membedakan Allah, Bapa kita, dengan semua allah palsu dan ilah lain adalah IA BERBICARA.
Comments
Post a Comment